Sosial
Karyawan Sritex Menghadapi Ketidakpastian Menjelang Lebaran
PHK massal di Sritex meninggalkan ribuan karyawan dalam kekacauan tepat sebelum Eid al-Fitr, memunculkan pertanyaan mendesak tentang masa depan keuangan dan hak-hak mereka.

Seiring PT Sritex melakukan pemutusan hubungan kerja massal yang mempengaruhi sekitar 12.000 karyawan, ketidakpastian sangat membebani mereka yang terdampak, terutama dengan mendekatnya Eid al-Fitr. Waktu pemecatan ini, yang dimulai pada 1 Maret 2025, menimbulkan kekhawatiran signifikan mengenai keamanan finansial para pekerja yang kini menghadapi masa depan yang tidak stabil. Banyak karyawan menemukan diri mereka dalam situasi yang tidak menentu, terutama saat mereka menavigasi implikasi kehilangan pekerjaan mereka tepat sebelum hari raya yang secara tradisional menekankan pertemuan keluarga dan kewajiban finansial.
Di bawah Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.6 Tahun 2016, mereka yang dipecat lebih dari 30 hari sebelum Eid al-Fitr tidak memenuhi syarat untuk Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan hari raya yang dapat memberikan dukungan penting selama waktu perayaan ini. Regulasi ini menambahkan lapisan kecemasan lain bagi karyawan, karena mereka harus berjuang tidak hanya dengan kehilangan pekerjaan mereka tetapi juga dengan potensi kehilangan dukungan finansial yang biasanya mereka andalkan selama Eid.
Fakta bahwa banyak pekerja mungkin kehilangan pembayaran THR menekankan kebutuhan mendesak akan kejelasan tentang hak mereka. Pejabat pemerintah, termasuk Nihayatul Wafiroh dari Komisi IX DPR RI, telah mengangkat kekhawatiran tentang potensi penghindaran pembayaran THR oleh Sritex di tengah pemutusan hubungan kerja ini. Kekhawatiran ini menyoroti masalah kritis: perlindungan hak-hak karyawan selama periode restrukturisasi perusahaan.
Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana kita dapat memastikan bahwa pekerja diperlakukan secara adil dan menerima manfaat yang mereka layak terima? Seruan untuk intervensi pemerintah menjadi semakin penting, karena banyak karyawan yang terdampak kini mencari dukungan untuk mengamankan pesangon dan tunjangan hari raya mereka.
Saat kita merenungkan perkembangan ini, sangat penting untuk mempertimbangkan implikasi yang lebih luas bagi hak-hak pekerja di Indonesia. Situasi di Sritex berfungsi sebagai pengingat bahwa keamanan finansial bukan hanya kekhawatiran pribadi, tetapi masalah kolektif yang membutuhkan perhatian.
Kita berada di persimpangan jalan di mana kesejahteraan karyawan harus diprioritaskan, memastikan bahwa mereka menerima perlindungan yang mereka berhak dapatkan selama masa-masa yang penuh gejolak seperti ini.
-
Politik6 hari ago
Mengapa Aceh dan Sumatera Utara Bersaing atas Empat Pulau?
-
Ekonomi6 hari ago
Kantor Cabang Bank Ditutup Selama Sebulan, Kepala OJK Berbicara
-
Politik6 hari ago
Menko Yusril mengatakan bahwa Hambali tidak akan diizinkan masuk ke Indonesia jika dibebaskan, mengapa?
-
Teknologi6 hari ago
Keuntungan Chromebook Plus Dibandingkan Chromebook
-
Ekonomi4 hari ago
Relief Pajak untuk Pembayaran Kendaraan di Jakarta Berlaku Mulai Hari Ini, Periksa Rincian Tagihan
-
Politik5 hari ago
Palestina, Yaman, dan Lebanon Mengadakan Perayaan Saat Iran Menyerang Israel
-
Politik3 hari ago
Penjelasan Terbaru dari Ketua MK Suhartoyo Mengenai Rumor Pemakzulan Gibran
-
Politik4 hari ago
Menunggu Keputusan Prabowo tentang Penyertaan 4 Pulau Aceh ke Sumatera Utara