Connect with us

Lingkungan

Seorang Pendaki Mengalami Hipotermia Saat Mendaki Gunung Sunan Ibu Kawah Putih

Tepat ketika pendaki itu mencapai puncak Gunung Sunan Ibu Kawah Putih, sebuah kejadian mengerikan membuat semua orang bertanya-tanya apakah tim penyelamat akan datang tepat waktu.

pendaki mengalami hipotermia saat pendakian

Seorang pendaki mengalami hipotermia berat saat mendaki Gunung Sunan Ibu Kawah Putih akibat cuaca buruk yang tidak terduga, menyoroti langkah-langkah keselamatan penting untuk pendakian gunung. Pendaki sebaiknya selalu mengenakan pakaian berlapis, menyerap keringat, dan tahan air, memeriksa prakiraan cuaca sebelum berangkat, serta memberitahukan rute perjalanan kepada orang lain. Jika terjadi hipotermia, korban harus segera dipindahkan ke tempat berlindung, pakaian basah diganti dengan pakaian kering, dan diberikan minuman hangat jika memungkinkan, serta menghindari pemanasan yang mendadak. Strategi praktis lainnya dan detail kasus selengkapnya disajikan di bawah ini.

Risiko dan Pencegahan Hipotermia di Dataran Tinggi

Saat melakukan pendakian di lingkungan dataran tinggi seperti Puncak Sunan Ibu, yang berada pada ketinggian 2.343 meter di atas permukaan laut, sangat penting untuk menyadari risiko yang berkaitan dengan perubahan cuaca mendadak, khususnya munculnya hipotermia. Pada 5 Juli 2025, seorang pendaki berusia 15 tahun asal Subang, RM, mengalami kondisi yang mengancam nyawa ini saat mendaki Puncak Sunan Ibu di Kawah Putih. Situasi ini terjadi saat cuaca yang menantang dengan kabut tebal, yang umum terjadi di ketinggian tersebut dan dapat dengan cepat menurunkan suhu dan jarak pandang. Memahami cara mencegah dan merespons hipotermia sangat penting bagi siapa saja yang ingin menikmati kebebasan menjelajah gunung.

Pergeseran cuaca mendadak di dataran tinggi seperti Puncak Sunan Ibu dapat memicu hipotermia—kesadaran dan persiapan sangat penting bagi para penjelajah gunung.

Hipotermia terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuannya untuk menghasilkan panas, sehingga suhu inti tubuh turun di bawah tingkat yang aman. Gejala awal seperti menggigil, kebingungan, dan kelelahan dapat muncul dengan cepat dalam kondisi dingin, lembap, dan berangin. Pendaki harus selalu memantau diri sendiri dan kelompoknya terhadap tanda-tanda peringatan ini, karena kebingungan dapat membuat seseorang sulit mengenali kondisinya sendiri. Untuk meminimalkan risiko, penting untuk mengenakan pakaian berlapis yang terbuat dari bahan menyerap kelembapan dan menghangatkan, termasuk lapisan luar tahan air, lapisan dasar thermal, serta topi atau penutup kepala. Selalu periksa prakiraan cuaca sebelum berangkat dan bersiaplah untuk kembali jika kondisi memburuk.

Dalam kasus di Puncak Sunan Ibu, pendaki dilaporkan dalam keadaan darurat sekitar pukul 16.00, sehingga memicu operasi pencarian dan penyelamatan secara langsung. Petugas dari kepolisian setempat dan warga sekitar bertindak meski menghadapi medan sulit dan jarak pandang buruk akibat kabut tebal. Situasi ini menunjukkan pentingnya memiliki rencana komunikasi yang andal dan membagikan rencana perjalanan kepada orang lain sebelum memulai pendakian. Bawalah ponsel yang terisi penuh, peluit, dan senter sebagai alat sinyal jika membutuhkan bantuan.

Jika hipotermia dicurigai, individu yang terdampak harus segera dipindahkan ke area yang terlindung. Pakaian basah harus diganti dengan lapisan pakaian kering dan hangat, serta individu harus diisolasi dari tanah. Jika memungkinkan, berikan minuman hangat yang tidak mengandung alkohol atau kafein. Hindari sumber panas langsung seperti api unggun atau bantalan pemanas, karena dapat menyebabkan perubahan suhu yang mendadak. Segera cari perawatan medis, sebagaimana dilakukan dalam insiden ini, di mana evakuasi cepat dan perawatan di klinik terdekat sangat penting untuk pemulihan pendaki tersebut.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Trending

Copyright © 2025 The Speed News Indonesia