Ragam Budaya
Tradisi dan Adat Menyambut Ramadan di Indonesia dan Arab Saudi
Memasuki tradisi penuh warna menyambut Ramadan di Indonesia dan Arab Saudi, di mana setiap adat istiadat mengajak untuk merenung dan mempererat kebersamaan komunitas seperti belum pernah terjadi sebelumnya.

Menjelang bulan Ramadan, suasana penuh dengan antisipasi dan tradisi, mengundang kita untuk menjelajahi beragam cara komunitas mempersiapkan bulan suci ini. Di Indonesia, salah satu praktik yang sangat dihargai adalah Nyekar, di mana keluarga mengunjungi makam leluhur mereka. Hanya seminggu sebelum Ramadan dimulai, kita berkumpul untuk berdoa, menghormati mereka yang telah mendahului kita. Tindakan ini bukan sekedar ritual; ini adalah cara mendalam untuk terhubung dengan akar kita dan merenungkan berkah dalam hidup kita saat kita mempersiapkan secara spiritual untuk bulan puasa.
Sementara itu, dalam budaya Sunda, perayaan Munggahan terungkap, menciptakan tenun kebersamaan komunal dan rasa syukur. Kita berkumpul untuk botram, makan bersama yang menyatukan keluarga dan teman. Pertemuan ini bukan hanya tentang makanan; ini adalah perayaan kebersamaan, di mana kita berbagi harapan untuk bulan yang akan datang. Tawa menggema di udara saat kita menikmati hidangan tradisional, memperkuat ikatan kita dan mencari berkah saat kita beralih ke waktu suci Ramadan. Energi selama makan ini menular, mengingatkan kita tentang pentingnya komunitas.
Di seberang lautan di Arab Saudi, kita menyaksikan serangkaian tradisi yang berbeda namun sama-sama hidup. Tembakan Meriam di Jabal Midfa pada saat matahari terbenam menandai berakhirnya puasa harian. Suara yang kuat ini bergema, menandai momen kegembiraan dan lega saat keluarga mempersiapkan Iftar.
Di sini, malam menjadi hidup, terutama di Makkah, di mana kita sering terjaga setelah sholat Tarawih, dengan penuh antisipasi menunggu Suhoor. Suasana penuh dengan keakraban dan koneksi, saat tetangga dan teman terlibat dalam percakapan yang hidup, berbagi cerita dan tawa di bawah langit berbintang.
Baik Indonesia maupun Arab Saudi mencerminkan komitmen yang dalam terhadap komunitas selama Ramadan. Di negara-negara Teluk, tradisi Gargeean meningkatkan ikatan sosial dengan perayaan yang penuh warna, sementara di Indonesia, pertemuan iftar lokal menyatukan orang-orang dalam kesatuan yang gembira. Tradisi ini mengingatkan kita bahwa Ramadan bukan hanya perjalanan individu berpuasa tetapi pengalaman kolektif yang memperkuat koneksi kita dan memperkaya hidup kita.
Saat kita merangkul adat istiadat yang indah ini, kita menemukan bahwa mereka berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa kini kita, membimbing kita melalui bulan refleksi, rasa syukur, dan kebersamaan. Dalam merayakan praktik unik ini, kita menghormati warisan kita sambil menyambut awal baru yang ditawarkan Ramadan.
-
Politik1 minggu ago
Prabowo Senang Saat Kepala Polisi Menangkap Pesan Tentang Polisi Rakyat
-
Teknologi1 minggu ago
KDE Menyambut Pengguna Windows 10 yang Ingin Beralih ke Linux
-
Teknologi6 hari ago
Infinix HOT 60i Resmi Disertifikasi oleh Postel, Siap Masuk Pasar Indonesia
-
Ekonomi7 hari ago
Harga Emas Antam Hari Ini, 7 Juni 2025, Lebih Murah Rp 25.000. Cek Rinciannya Di Sini
-
Lingkungan1 minggu ago
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Hentikan Penambangan di Raja Ampat Sampai Nilai Rupiah Menguat
-
Politik1 minggu ago
Prabowo Membagikan Amplop Putih Setelah Salat Iduladha di Masjid Istiqlal
-
Politik1 minggu ago
Khotbah Iduladha, Anies Sebut Keruntuhan Dinasti Akibat Ketidaksetaraan
-
Teknologi7 hari ago
Mengantisipasi Penyalahgunaan, Google Menyediakan Watermark untuk Video AI Veo 3