Connect with us

Nasional

Pertamina Rugi Rp 400 Juta Akibat Avtur yang Dicuri

Dengan kerugian mencapai Rp 400 juta akibat pencurian avtur, Pertamina menghadapi pertanyaan kritis mengenai keamanan penerbangan—apa yang akan terjadi selanjutnya?

pertamina avtur theft loss

Kami telah mengetahui bahwa Pertamina mengalami kerugian besar sekitar Rp 400 juta akibat pencurian 30 kiloliter avtur dari Terminal Bahan Bakar Aviasi Kualanamu. Pencurian ini, dilakukan melalui penyadapan ilegal bawah air, menimbulkan pertanyaan serius mengenai keamanan penerbangan dan kontrol operasional. Insiden seperti ini tidak hanya mengancam stabilitas keuangan tetapi juga integritas pasokan bahan bakar aviasi. Seiring berkembangnya penyelidikan, kita harus khawatir tentang implikasi untuk operasi penerbangan yang lebih aman dan tindakan apa yang akan diambil selanjutnya.

Dalam sebuah pengungkapan yang mengkhawatirkan, Pertamina telah melaporkan kerugian sekitar Rp 400 juta akibat pencurian sekitar 30 kiloliter avtur dari Terminal Bahan Bakar Aviasi di Kualanamu. Insiden ini bukan sekedar pencurian biasa; ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai keamanan penerbangan dan pengawasan operasional. Metode pencurian—penyadapan ilegal pipa bawah air—menunjukkan tingkat perencanaan dan pengetahuan yang sangat mengkhawatirkan. Jelas ini bukan peristiwa terisolasi, melainkan bagian dari pola yang lebih luas yang dilaporkan dimulai pada tahun 2022.

Kita harus mempertimbangkan bagaimana aktivitas semacam ini bisa tidak terdeteksi, terutama di sektor di mana keselamatan dan keamanan sangat penting. Awalnya dianggap sebagai tingkat kehilangan normal, pencurian ini luput dari perhatian, memungkinkan pelaku untuk mengeksploitasi kerentanan dalam sistem. Implikasi dari pengawasan ini meluas lebih dari sekedar kerugian finansial; mereka mengancam integritas pasokan bahan bakar aviasi dan keselamatan operasi di Bandara Kualanamu.

Saat penyelidikan berkembang, penegak hukum telah menyita 29 tangki bayi sebagai bukti, menunjukkan bahwa mereka menganggap penyelidikan pencurian ini serius. Namun, kita perlu bertanya pada diri sendiri: Bagaimana pelanggaran signifikan bisa terjadi dalam lingkungan yang seharusnya memprioritaskan pengamanan sumber daya penting? Pertamina kini menunggu temuan rinci dari Polres Deli Serdang untuk memahami sepenuhnya kerugian yang terjadi, tapi kerusakan telah terjadi. Tidak hanya perusahaan mengalami kerugian finansial, tetapi juga menghadapi pengawasan atas kemampuannya untuk melindungi infrastruktur penting.

Meskipun tantangan ini, Pertamina menjamin bahwa pasokan avtur ke Bandara Kualanamu tetap stabil, dengan tingkat stok cukup untuk 55 hari pasca insiden. Namun, jaminan ini mungkin tidak cukup. Kepercayaan dalam pengelolaan keamanan penerbangan harus dipulihkan agar tetap terpercaya, dan tindakan cepat sangat penting untuk mencegah pencurian di masa depan. Kita semua memiliki kepentingan dalam memastikan bahwa industri penerbangan kita beroperasi tanpa rasa takut akan aktivitas ilegal yang mengganggu keselamatan dan efisiensi.

Saat kita mendalami penyelidikan ini, kita harus tetap waspada. Kita perlu menuntut tanggung jawab yang lebih besar dari Pertamina dan otoritas terkait, memastikan bahwa mereka melindungi infrastruktur penerbangan kita dan bahwa pelanggaran seperti ini menjadi masa lalu. Insiden ini berfungsi sebagai panggilan bangun bagi kita semua, mengungkapkan bahwa kewaspadaan dan tindakan proaktif sangat penting untuk melindungi kebebasan kita dan integritas sistem penerbangan kita.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Trending

Copyright © 2025 The Speed News Indonesia