Lingkungan
Kesaksian Warga Merasakan Tsunami Setinggi 100 Meter Menghantam Ambon
Ketakutan yang luar biasa melanda Ambon ketika tsunami setinggi 100 meter menerjang ke darat, meninggalkan kehancuran di belakangnya—apa yang terjadi selanjutnya adalah kisah tentang bertahan hidup dan kehilangan.

Kami mengenang hari mengerikan di bulan Februari 1674 ketika tsunami, yang tingginya lebih dari 100 meter, menghantam rumah kami. Air meluap seperti binatang buas, mencabut segala yang ada di jalannya. Kekacauan mengelilingi kami saat kami melarikan diri ke lapangan terbuka, hati kami berdebar kencang karena ketakutan. Suara ombak yang menghantam menenggelamkan teriakan kami meminta bantuan. Lebih dari 2.000 tetangga kami hilang pada hari itu, meninggalkan duka yang mendalam di hati kami. Ada banyak lagi cerita ini, dan kami mengundang Anda untuk menjelajahi lebih lanjut.
Bagaimana seseorang dapat benar-benar menggambarkan kengerian bencana yang menerjang kehidupan kita? Pada tanggal 17 Februari 1674, penduduk Ambon menghadapi mimpi buruk yang tak terbayangkan ketika tsunami menghantam, mencapai ketinggian hingga 100 meter. Kesaksian mata langsung menggambarkan gambaran kekuatan yang luar biasa, air naik seperti binatang buas, menerjang ke daratan dan menghancurkan segala sesuatu di jalurnya. Rumah-rumah roboh, infrastruktur lenyap, dan pemandangan hijau yang kami cintai berubah menjadi tanah gersang.
Para penyintas menceritakan kekacauan yang menyelimuti komunitas kami saat kami lari mencari keselamatan. Dalam momen-momen menegangkan itu, kami berlari ke lapangan terbuka, detak jantung kami semakin cepat di setiap langkah. Suara ombak yang menghantam menenggelamkan teriakan kami, dan ketakutan menyelimuti kami saat kami melihat tetangga kami berjuang melawan amukan gelombang. Ini adalah bukti kekuatan semangat manusia bahwa bahkan dalam waktu yang paling gelap sekalipun, kami saling menjaga, berbagi pandangan yang menyampaikan solidaritas di tengah kekacauan.
Kerugian yang ditimbulkan sangat besar; sekitar 2.322 penduduk kami kehilangan nyawa mereka hari itu. Setiap angka tidak hanya mewakili statistik, tetapi seorang anak, teman, orang yang dicintai—setiap kehilangan bergema melalui jalinan komunitas kami. Kisah-kisah penyintas yang kami bagikan penuh dengan kesedihan dan trauma, mengenang kekosongan yang ditinggalkan oleh mereka yang meninggal dan rumah yang tidak lagi berdiri. Kami sering dihantui oleh kenangan hari itu, wajah orang-orang tercinta yang hilang terukir dalam pikiran kami.
Namun, di masa setelah bencana, kami menyaksikan ketahanan yang luar biasa dan semangat pemulihan komunitas yang bersinar bahkan dalam waktu tergelap. Bersama-sama, kami mulai membangun kembali kehidupan kami, tidak hanya struktur tetapi juga ikatan yang mengikat kami sebagai komunitas. Kami berbagi sumber daya, memberikan dukungan, dan bahkan menemukan peluang untuk menghormati nyawa yang hilang dengan menciptakan ruang peringatan di mana kami dapat mengenang orang-orang yang kami cintai.
Saat kami menavigasi jalan menuju pemulihan, kami bersandar satu sama lain, membentuk koneksi yang lebih kuat dari sebelumnya. Perjalanan ini panjang, dan luka masih ada, tetapi bersama-sama kami bertekad untuk bangkit dari kedalaman keputusasaan. Melalui kisah-kisah penyintas dan pengalaman bersama, kami akan memastikan bahwa kenangan orang-orang yang kami kehilangan tidak akan pernah pudar, dan bahwa komunitas kami akan berkembang sekali lagi, bersatu dan tangguh.
-
Politik1 hari ago
Kronologi Foto Anggota Kopassus dengan Hercules hingga Permintaan Maaf Mayor Jenderal Djon Afriandi
-
Nasional4 jam ago
Jalur Mandiri SMUP Unpad 2025 Masih Dibuka Hingga Mei, Segera Daftar!
-
Politik4 jam ago
Momen Sebelum Brando Susanto Meninggal Dunia Saat Berbicara di Acara PDIP
-
Sosial4 jam ago
Pelukan dan Berdamai Hingga Akhir
-
Politik4 jam ago
Ganjar Mempertanyakan Keinginan untuk Mengabaikan Wakil Presiden Gibran: Mari Bicara Tentang Apa
-
Politik1 hari ago
Ganjar Pranowo Menolak untuk Berkomentar tentang Isu Diploma Palsu yang Diduga Milik Jokowi
-
Nasional4 jam ago
Yayasan MBG Kalibata Berjanji Akan Membayar Tunggakan, Reporter Melanjutkan Proses Hukum
-
Politik1 hari ago
Surya Paloh Menanggapi Seruan untuk Pemecatan Gibran sebagai Wakil Presiden