Hiburan Masyarakat
Tidak Memenuhi Target, Hanya 300 Ribu Turis yang Mengunjungi Bandung Selama Liburan Idul Fitri
Bisakah industri pariwisata Bandung pulih setelah mengalami penurunan signifikan dalam jumlah pengunjung selama liburan Idul Fitri? Masa depan masih belum pasti.

Saat kami menjelajahi jalan-jalan ramai di Bandung selama liburan Idul Fitri dari 28 Maret hingga 7 April 2025, menjadi jelas bahwa kota ini mengalami penurunan signifikan dalam kunjungan wisatawan. Dengan hanya 370,718 turis yang datang, ini adalah kenyataan yang mencolok dibandingkan dengan target ambisius 1 juta. Energi yang biasanya mengisi udara selama masa ini terasa redup, membuat kami bertanya-tanya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tren pariwisata di kota yang bersemangat ini.
Kami berkeliling melewati Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda, di mana kami melihat bahwa kunjungan puncak hanya 3,500 pengunjung per hari—penurunan yang mencolok dari biasanya 5,000 selama perayaan Idul Fitri sebelumnya. Kehijauan yang biasanya bergema dengan tawa dan kegembiraan terasa tidak biasa. Dampak ekonomi dari penurunan ini terasa; percakapan di antara penduduk setempat berpusat pada pengurangan daya beli dan pemangkasan belanja publik, membuat kami menyadari seberapa terkait pengalaman kami dengan lanskap ekonomi yang lebih luas.
Tingkat hunian hotel mencerminkan sentimen ini, turun hingga sekitar 55-56% dibandingkan dengan 71% tahun lalu. Saat kami berjalan melewati hotel yang dihiasi dengan spanduk berwarna-warni, kami tidak bisa tidak merasakan beratnya kamar-kamar kosong yang menunggu tamu yang tidak pernah datang. Keramaian biasa wisatawan yang check in dan check out digantikan oleh keheningan yang menggantung di udara.
Data historis menunjukkan kontras yang mencolok dengan angka tahun ini. Biasanya, kami mengharapkan kunjungan harian rata-rata antara 150,000 hingga 200,000 selama liburan, angka yang sekarang menjadi kenangan yang jauh. Perubahan ini tidak hanya mempengaruhi industri pariwisata tetapi juga berdampak pada bisnis lokal yang sangat bergantung pada belanja pengunjung. Restoran, toko, dan atraksi semuanya merasakan efeknya karena turis yang lebih sedikit berarti pendapatan yang lebih sedikit, memaksa beberapa untuk beradaptasi dengan cepat atau risiko menutup pintu mereka.
Saat kami merenungkan pengalaman kami, menjadi jelas bahwa faktor-faktor ekonomi yang berkontribusi terhadap penurunan ini lebih dari sekadar angka; mereka mewakili perubahan arus dalam cara kita mendekati perjalanan dan waktu luang. Keinginan untuk kebebasan dan eksplorasi tetap kuat dalam diri kita, namun keadaan eksternal dapat membentuk kembali perjalanan kita.
Sangat penting bagi kita untuk mengenali tren ini dan implikasinya pada tujuan yang kita cintai, dengan harapan pemulihan yang mengembalikan keramaian Bandung dan kegembiraan pengalaman bersama.
-
Politik20 jam ago
Mantan Ketua dan Anggota KPU Bersaksi dalam Sidang Hasto Kristiyanto
-
Politik20 jam ago
Tanggapan Amien Rais terhadap Hercules tentang Tuduhan Diploma Palsu Jokowi
-
Ekonomi20 jam ago
Update Terbaru tentang Negosiasi Indonesia di AS Mengenai Tarif 32% Trump, Berikut Hasilnya
-
Politik3 jam ago
Ijazah SMA Jokowi Juga Ditantang, Kepala SMAN 6 Solo Buka Suara
-
Kesehatan3 jam ago
Diam Dikarenakan Pelecehan, Mantan Perawat Dokter Bejat dari Garut Siap untuk Bersaksi
-
Ekonomi3 jam ago
Perbarui Perang Tarif Trump: Hasil Negosiasi AS-Indonesia, AS-China Sedang Berunding
-
Teknologi3 jam ago
Dikabarkan OpenAI Mengembangkan Media Sosial Serupa dengan X, Apa Tujuannya?
-
Politik3 jam ago
Isu Viral Nathalie Holscher tentang Menerima Tip di Sidrap Berakhir dengan Bupati Ditegur oleh Kementerian Dalam Negeri