Politik
Peranan Erick Thohir dalam Reformasi BUMN, Tantangan dan Harapan
Di tengah reformasi ambisius, Erick Thohir menghadapi tantangan dalam transformasi BUMN, meningkatkan harapan untuk ekonomi yang tangguh dan pengembangan nasional. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Sejak Erick Thohir menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Oktober 2019, ia telah memimpin serangkaian reformasi ambisius yang bertujuan untuk mengubah lanskap operasional dari perusahaan-perusahaan milik negara di Indonesia. Kepemimpinannya berfokus pada restrukturisasi 35 dari 142 BUMN untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas, langkah kritis mengingat aset besar yang dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan ini, yang totalnya mencapai sekitar Rp8,200 triliun. Reformasi Thohir merespons kebutuhan mendesak agar BUMN dapat berkontribusi lebih signifikan terhadap pendapatan nasional, sejalan dengan tujuan ekonomi yang lebih luas.
Di bawah kepemimpinan Thohir, kita menyaksikan perubahan substansial, termasuk penggabungan tiga bank syariah—BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri. Langkah strategis ini bertujuan untuk merampingkan operasi dan meningkatkan daya saing dalam sektor yang telah menghadapi tantangan dalam menjaga efisiensi. Dengan mengonsolidasikan bank-bank ini, Thohir tidak hanya berusaha meningkatkan viabilitas mereka tetapi juga bertujuan untuk menciptakan sistem perbankan yang lebih kuat yang dapat lebih baik melayani kebutuhan masyarakat.
Penekanan Thohir pada pengembalian BUMN ke operasi bisnis inti mereka sangat penting. Dengan fokus pada apa yang paling baik dilakukan oleh perusahaan-perusahaan ini, kita dapat mengharapkan mereka untuk menghasilkan lebih banyak pendapatan dan memenuhi peran mereka secara efektif. Namun, fokus ini membutuhkan komitmen terhadap peningkatan berkelanjutan dan adaptasi terhadap kondisi pasar yang berubah.
Thohir juga telah memulai reformasi birokrasi, menghapus semua posisi eselon 1 dan mempromosikan proses rekrutmen terbuka untuk posisi kepemimpinan. Langkah ini bertujuan untuk menumbuhkan praktik tata kelola perusahaan yang baik, memastikan bahwa BUMN dikelola oleh individu yang berkualifikasi yang dapat mendorong efisiensi dan akuntabilitas.
Meskipun upaya ini, reformasi Thohir tidak tanpa tantangan. Kita telah melihat inefisiensi yang berkelanjutan di beberapa BUMN dan seruan untuk peningkatan akuntabilitas dari pemangku kepentingan dan publik. Tantangan-tantangan ini menunjukkan bahwa sementara reformasi diperlukan, mereka harus diimplementasikan secara bijaksana dan dengan pemahaman tentang budaya organisasi dalam perusahaan-perusahaan ini.
Saat kita merenungkan kepemimpinan Thohir dan perjalanan berkelanjutan efisiensi BUMN, ada rasa harapan yang tak terbantahkan. Menyelaraskan BUMN dengan visi Presiden Jokowi untuk pengembangan nasional yang berkelanjutan dapat menjadi dasar untuk ekonomi yang lebih tangguh.
-
Teknologi3 hari ago
Kronologi dan Dugaan Penyebab Kebakaran Wuling Air EV di Bandung
-
Ekonomi1 minggu ago
Nilai Tukar Rupiah Terus Menguat Sepanjang Juni 2025
-
Politik1 minggu ago
Gibran Dicap Berdusta Setelah Menjadi Wakil Presiden
-
Ekonomi1 minggu ago
Bersiaplah! Rupiah Menuju Rp15.000/US$
-
Ekonomi1 minggu ago
Batubara Indonesia Mulai Ditinggalkan oleh Dunia, Pemerintah Angkat Bicara
-
Politik1 minggu ago
Tidak Mudah Menemukan Duta Besar dengan Kaliber seperti Bapak Havas dan Tata
-
Politik1 minggu ago
KPK Temukan Rp 2,8 Miliar dan Senjata Api di Rumah Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Sumatera Utara
-
Politik1 minggu ago
Yusril Ungkap Potensi Pelanggaran Konstitusi Jika Keputusan Uji Materi Pemisahan Pemilu Diterapkan