Ekonomi
Industri Tekstil Indonesia Menurun, Ancaman PHK Massal Mengintai
Penutupan pabrik yang merosot dan PHK massal yang mengancam mengancam industri tekstil Indonesia; tindakan mendesak diperlukan untuk menghindari krisis yang lebih dalam. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Saat kita mengamati kondisi industri tekstil Indonesia saat ini, jelas bahwa tantangan besar masih akan terus ada. Tren penutupan pabrik yang baru-baru ini terjadi telah menyeret industri ini ke dalam krisis, dengan lebih dari 20-30 pabrik ditutup antara Januari dan Mei 2024. Gelombang penutupan ini telah menyebabkan sekitar 10.800 pemutusan hubungan kerja, sangat mempengaruhi pasar tenaga kerja dan mata pencaharian ribuan orang. Kehilangan pekerjaan di sektor yang sangat penting ini memunculkan kekhawatiran tentang dampak yang lebih luas terhadap ekonomi kita.
Salah satu pemain besar, PT Sri Rejeki Isman (Sritex), baru-baru ini mengumumkan pemutusan hubungan kerja massal yang mempengaruhi 9.604 pekerja, dengan menyatakan kebangkrutannya karena tekanan yang meningkat dari persaingan asing dan inefisiensi internal. Dengan penghentian operasi pada 1 Maret 2025, kita harus mengakui efek berantai dari perkembangan ini.
Industri tekstil Indonesia, yang mempekerjakan lebih dari 3,98 juta individu dan menyumbang 5,84% dari PDB manufaktur pada kuartal pertama 2024, berada di persimpangan yang kritis. Pemutusan hubungan kerja tidak hanya mengurangi angkatan kerja tetapi juga mengancam stabilitas ekonomi keseluruhan yang bergantung pada sektor ini.
Beberapa faktor menyumbang pada penurunan industri tekstil kita. Persaingan yang meningkat dari produsen asing telah membuat banyak pabrik lokal tidak dapat bersaing secara efektif. Selain itu, ketidakstabilan geopolitik dan pasar domestik yang jenuh, yang diperburuk oleh impor tekstil baik legal maupun ilegal, telah menciptakan lingkungan yang kondusif untuk penutupan pabrik.
Urgensi situasi ini tidak dapat diremehkan, karena para ahli tenaga kerja telah menyerukan pembatasan impor untuk melindungi industri lokal kita dari kemunduran lebih lanjut. Kita memiliki tanggung jawab bersama untuk mengatasi masalah ini secara langsung.
Suara-suara yang mendukung intervensi pemerintah menekankan kebutuhan akan tindakan perlindungan untuk menstabilkan pasar tenaga kerja kita. Tanpa intervensi tersebut, kita tidak hanya berisiko mengalami lebih banyak penutupan, tetapi juga pengikisan signifikan dari kemampuan manufaktur kita.
Sebagai pemangku kepentingan dalam industri ini, kita harus mendukung kebijakan yang mendukung produksi lokal dan melindungi pekerjaan. Jalan ke depan penuh dengan tantangan, namun ini juga merupakan kesempatan bagi kita untuk bersatu dan mendorong perubahan yang berarti.
-
Politik2 hari ago
Mengkaji Posisi Ahok dalam Pusaran Kasus Korupsi Pertamina
-
Politik2 hari ago
Tidak Hanya Hambatan Investigasi, Hasto Juga Dituduh Menyuap Wahyu Setiawan Dengan Rp600 Juta
-
Nasional2 hari ago
Puncak Arus Pemulangan Diprediksi 28-30 Maret, Arus Kembali 5-7 April
-
Politik14 jam ago
THR dan Gaji ke-13 untuk Prabowo, Gibran, Para Menteri, dan Anggota DPR
-
Nasional2 hari ago
Kasus Atlet Taekwondo Bandung yang Awalnya Dilaporkan Diculik Lalu Menjadi Viral
-
Sosial15 jam ago
Pemijatan Payudara Viral di Cimahi, Anak Sekolah Dasar Menjadi Sasaran
-
Ekonomi2 hari ago
Harga Emas Antam di Pegadaian Melonjak Hari Ini, 1 Gram Mencapai Rp1,757,000
-
Lingkungan14 jam ago
Tanah Longsor Rusak 30 Rumah di Bandung Barat